Beliau adalah seorang wali Allah yang mempunyai berbagai macam karamah yang luar biasa. Beliau berasal dari keturunan Al-Baโalawi. Sebahagian dari karamahnya pernah diceritakan bahawasanya pernah ada dua orang yang datang ke kota Tarim Hadhramaut dengan maksud mengunjungi setiap orang terkemuka dari keluarga Al-Baโalawi yang berada di kota tersebut. Setibanya di suatu masjid jamiโ keduanya dapati Syeikh Abu Bakar sedang bersolat di masjid tersebut. Setelah solat Jumaat selesai keduanya menunggu keluarnya Syeikh Abu Bakar dari masjid. Namun beliau tetap duduk beribadat dalam masjid sampai hampir matahari terbenam. Kedua orang itu merasa lapar, tapi keduanya tidak berani beranjak dari masjid sebelum bertemu dengan Syeikh Abu Bakar. Tidak lama kemudian, Syeikh Abu Bakar Asseggaf menoleh kepada mereka berdua sambil berkata โAmbillah apa yang ada dalam baju iniโ. Keduanya mendapati dalam baju Syeikh itu sepotong roti panas. Roti tersebut cukup mengenyangkan perut kedua orang tersebut. Bahkan masih ada sisanya. Kemudian sisa roti itu barulah dimakan oleh Syeikh Abu Bakarโ. Ada seorang diceritakan telah meminang seorang gadis. Syeikh Abu Bakar ketika mendengar berita tersebut telah memberikan komentarnya โPemuda itu tidak akan mengahwini gadis itu, ia akan kahwin dengan ibu gadis tersebutโ. Apa yang diceritakan oleh Syeikh Abu Bakar ersebut ternyata benar, kerana tidak lama kemudian ibu gadis itu diceraikan oleh suaminya. Kemudian pemuda itu membatalkan niatuntuk mengahwini gadis tersebut. Bahkan sebagai gantinya ia meminang ibu gadis tersebut. Diceritakan pula bahwa ada serombongan tetamu yang berkunjung di Kota Tarim tempat kediaman Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Tetamu itu tergerak di hatinya masing-masing ingin makan bubur gandum dan daging. Tepat waktu rombongan tetamu itu masuk ke rumah Syeikh Abu Bakar, beliau segera menjamu bubur gandum yang dimasak dengan sebahagian dari rombongan tersebut ada yang berkata โKami ingin minum air hujanโ. Syeikh Abu Bakar berkata kepada pembantunya โAmbillah bejana itu dan penuhilah dengan air yang ada di mata air keluarga Bahsinโ. Pelayan itu segera keluar membawa bejana untuk mengambil air yang dimaksud oleh saudagarnya. Ternyata air yang diambil ari mata air keluarga Bahsin itu rasanya tawar seperti air hujan. Pernah diceritakan bahawasanya ada seorang Qadhi dari keluarga Bayaโqub yang mengumpat Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Ketika Syeikh Abu Bakar mendengar umpatan itu, beliau hanya berkata โInsya-Allah Qadhi Bayaโqub itu akan buta kedua matanya dan rumahnya akan dirampas jika ia telah meninggal duniaโ. Apa yang dikatakan oleh Syeikh Abu Bakar tersebut terlaksana sama seperti yang dikatakan. Ada seorang penguasa yang merampas harta kekayaan seorang pelayan dari keluarga Bani Syawiah. Pelayan itu minta tolong kepada Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Pada keesokkan harinya penguasa tersebut tiba-tiba datang kepada pelayan itu dengan mengembalikan semua harta kekayaannya yang dirampas dan dia pun meminta maaf atas segala kesalahannya. Penguasa itu bercerita โAlu telah didatangi oleh seorang yang sifatnya demikian, demikian, sambil mengancamku jika aku tidak mengembalikan barangmu yang kurampas iniโ. Segala sifat yang disebutkan oleh penguasa tersebut sama seperti yang terdapat pada diri Syeikh Abu Bakar. Diceritakan pula oleh sebagian kawannya bahawasanya pernah ada seorang ketika dalam suatu perjalanan di padang pasir bersama keluarganya tiba-tiba ia merasa haus tidak mendapatkan air. Sampai hampir mati rasanya mencari air untuk diminum. Akhirnya ia teringat pada Syeikh Abu Bakar Asseggaf dan menyebut namanya minta pertolongan. Waktu orang itu tertidur ia bermimpi melihat seorang penunggang kuda berkata padanya โTelah kami dengar permintaan tolongmu, apakah kamu mengira kami akan mengabaikan kamu?โ Waktu orang itu terbangun dari tidurnya, ia dapati ada seorang Badwi sedang membawa tempat air berdiri di depannya. Badwi itu memberinya minum sampai puas dan menunjukkannya jalan keluar hingga dapat selamat sampai ke tempat dari Kemuliaan Para Wali โ karangan Zulkifli Mat Isa, terbitan Perniagaan Jahabersa Comment RSS TrackBack URI
HabibAbu Bakar bin Abdurrahman Assegaf - Bagaimana Cara Allah Menghendaki Keinginan Hati Kita ?.Ibarat sebuah pasangan, bagaimana pasangan atau lawan jenis
Habib Abu Bakar bin Abdurahman Assegaf adalah anak terakhir dari pasangan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Sayyidul Walid dan Hj. Barkah binti Ahmad Fusyani. Lahir pada tanggal 19 Juni tahun 1961 di Bukit Duri, Jakarta. Habib Abu Bakar adalah tokoh ulama yang sangat sederhana, prinadi yang tawadhu dan akrab kepad siapa saja. Kiprahnya melanjutkan perjuangan dakwah Sayidul Walid sebagai pengajar di Madrasah Tsaqafah Islamiyah, Bukit Duri. Beliau tinggal bersebelahan dengan Madrasah Tsaqafah Islamiyah Bukit Duri, Jakarta. Beliau juga memimpin pesantren Al-Busyro di Citayam, Bogor. Nasabnya adalah, Habib Abu Bakar bin Abdurahman bin Ahmad bin Abdul Qadir bin Ali bin Umar bin Segaf bin Muhammad Al-Qhadi bin Umar bin Thoha Al-Qhadi bin Umar bin Thoha bin Umar ash-Shofi bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al- Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbath bin Sayyidina Ali Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As- Shoumaโah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Al- Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al- Imam Jaโfar As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam As-Syahid Sayyidi Syabab Ahlil Jannah Sayyidina Al-Husein Rodiyallahu bin Sayyidah Fatihmah Az- Zahra binti Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Habib Abu Bakar bin Abdurahman Assegaf mencukupkan pendidikannya di bawah bimbingan Sang Ayah, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, dan para Asatidz lainnya di Madrasah Tsaqafah Islamiyah, Bukit Duri, kemudian sebagaimana pesan Sang Ayah, Habib Abu Bakar juga belajar kepada ulama Betawi, yaitu KH. Muhammad Roi yang juga guru di Madrasah Tsaqafah Islamiyah, Bukit Duri. Setelah merasa cukup kemudian dia menetap dan fokus mengajar di Madrasah Tsaqafah Islamiyah, Bukit. Sumber Buku 27 HABAIB BERPENGARUH DI BETAWI Kajian Karya Intelektual dan Karya Sosial Habaib Betawi dari Abad ke-17 hingga Abad ke-21, Editor H. Rakhmad Zailani Kiki, MM, diterbitkan oleh JAKARTA ISLAMIC CENTRES [Periset Adithiya Warman,
.