globalisasidimunculkan. Dengan demikian, globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali liberalisme, suatu paham yang dikenal sebagai neoliberalisme.10 Globalisasi pada dasarnya merupakan proses pesatnya perkembangan kapitalisme yang ditandai dengan globalisasi pasar, investasi, dan proses produksi
Selama 25 tahun terakhir, banyak penelitian dan riset bergulir mengenai konsep, sejarah, dan perkembangan globalisasi – termasuk berbagai dimensi dan keuntungannya. World Economic Forum berargumen bahwa dunia telah mengalami empat gelombang globalisasi. Organisasi tersebut menerbitkan sebuah artikel yang merangkum perkembangan globalisasi. Menurut artikel tersebut, revolusi industri memunculkan gelombang pertama globalisasi pada akhir abad ke-19, didorong oleh perkembangan transportasi dan komunikasi. Gelombang pertama ini berakhir seiring dengan pecahnya Perang Dunia I pad 1914. Gelombang kedua bangkit setelah Perang Dunia II pada akhir 1945, dan berakhir pada 1989. Gelombang ketiga dimulai ketika tembok Berlin runtuh pada 1989 dan Uni Soviet bubar pada 1991, sebelum akhirnya mandek akibat krisis finansial global pada 2010. Seiring dengan pemulihan pascakrisis, bertumbuhnya ekonomi digital dan intelejensi buatan artificial intellligence, serta naiknya Cina sebagai kekuatan global – gelombang keempat muncul. Belakangan, muncul perdebatan mengenai apakah gelombang keempat tengah mengalami kemunduran dan apakah dunia telah siap untuk menyaksikan gelombang kelima tinggal landas. Persamaan dalam periode kemunduran gelombang pertama dengan dinamika global yang tengah terjadi sekarang cukup mengejutkan. Apakah persamaan yang terpisah jarak satu abad ini berarti kemunduran gelombang keempat akan terjadi? Apakah ada cukup bukti bahwa proses deglobalisasi tengah berlangsung ataukah ini hanya sekadar “slowbalisation” perlambatan globalisasi? Paralel Mundurnya globalisasi selama 30 tahun dari 1914 hingga 1945 merupakan dampak geopolitik dan ekonomi dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Faktor lainnya melingkupi Pandemi Flu Spanyol pada 1918-1920; kehancuran pasar saham pada 1929 yang diikuti oleh krisis ekonomi Great Depression pada 1930; dan bangkitnya blok komunis di bawah rezim Stalin pada dekade 1940an. Periode ini lebih jauh ditandai dengan sentimen proteksionisme, kenaikan tarif dan hambatan perdagangan lainnya, serta penurunan perdagangan internasional secara umum. Terdapat paralel yang tidak dapat dimungkiri jika melihat konteks ekonomi global saat ini. Dunia masih berjuang menghadapi pandemi COVID-19 yang membawa dampak yang merugikan bagi perekonomian global, rantai pasokan, dan kesejahteraan masyarakat. Perang Rusia-Ukraina juga memiliki kontribusi terhadap ketidakpastian global dan kelangkaan pangan. Konflik ini juga menyebabkan meroketnya harga gas dan bahan bakar minyak, gangguan lebih jauh terhadap rantai nilai global, dan polarisasi politik. Melonjaknya harga berbagai barang konsumsi dan energi memberikan tekanan terhadap tingkat harga secara umum. Inflasi dunia menanjak agresif untuk pertama kalinya selama 40 tahun. Otoritas moneter di seluruh dunia kini tengah bergelut melawan inflasi. Institusi tata kelola global seperti Organisasi Perdagangan Dunia WTO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, yang berfungsi dengan baik pasca-Perang Dunia II, kini mengalami penurunan pengaruh. Sementara, Perang Rusia-Ukraina membagi perpolitikan dunia menjadi tiga kelompok. Mereka adalah kelompok pendukung invasi, negara-negara netral, serta negara-negara oposisi yang didominasi oleh Amerika Serikat AS, Uni Eropa, dan Inggris. Perpecahan ini menimbulkan tantangan geopolitik yang rumit, yang pelan-pelan mengarah pada perubahan mitra dagang dan regionalisme. Eropa kini mulai mencari pemasok minyak dan gas baru sebagai alternatif dari Rusia. Di sisi lain, indikasi awal perluasan pengaruh Cina di Asia semakin jelas. Dunia yang makin tak terhubung Deglobalisasi didefinisikan sebagai sebuah gerakan menuju dunia yang makin tak terhubung, dengan ciri khas keberadaan berbagai negara bangsa yang kuat, solusi lokal, dan kontrol perbatasan alih-alih institusi global, perjanjian, dan pergerakan bebas. Saat ini, muncul pula perbincangan soal slowbalisation. Terminologi ini pertama kali diperkenalkan oleh pengamat tren dan futurolog Adjiedji Bakas pada 2015 untuk mendeskripsikan fenomena integrasi ekonomi global berkelanjutan melalui arus perdagangan, keuangan, dan lainnya, walaupun pada laju yang sangat melambat. Data globalisasi ekonomi memberikan gambaran yang menarik. Data tersebut menunjukkan bahwa, bahkan sebelum pandemi COVID-19 menyebar pada 2020, perlambatan intensitas globalisasi jelas terlihat. Data yang menampilkan takaran globalisasi melingkupi Ekspor barang dan jasa di tingkat global. Persentase ekspor pada total pendapatan domestik bruto PDB mencapai angka tertingginya di level 31% pada 2008, tepat menjelang gelombang ketiga berakhir. Proporsi ekspor pada PDB global anjlok dan baru mulai pulih pada 2011, atau ketika dunia memasuki tahap awal globalisasi gelombang keempat. Namun, angka ekspor terus mengalami kemunduran, mencapai 28% dari PDB global pada 2018 dan 26% ketika pandemi menyerang pada 2020. Volume arus masuk investasi asing langsung FDI. Arus masuk FDI mencapai puncaknya pada kisaran US$2 triliun Rp triliun pada 2016, sebelum mengalami penurunan dan menyentuh US$1,48 triliun pada 2019. Walaupun arus masuk FDI pada 2020 hanya berkisar di angka US$963 miliar atau 20% di bawah level krisis finansial 2009, angka ini mengalami pemulihan menjadi US$1,58 miliar pada 2021. Persentasi FDI terhadap PDB mengalami kenaikan dari hanya sekitar 1% pada 1989 hingga mencapai puncak 5,3% in 2007. Setelah mengalami penurunan akibat krisis keuangan global, sebelum naik pada 2015 dan 2016 ke kisaran 3,5%. Angka ini kembali amblas ke level 1,7% pada 2019 dan 1,4% pada 2020. Seiring perkembangan zaman, perusahaan multinasional menjadi motor penggerak globalisasi ekonomi. Jumlah mereka mengindikasikan kemauan perusahaan untuk berinvestasi di luar batas negaranya. UN Conference on Trade and Development UNCTAD melaporkan bahwa terdapat perusahaan multinasional yang beroperasi pada 2008. Angka ini menyusut menjadi pada 2017. Data arus modal swasta dunia termasuk investasi asing langsung, arus ekuitas portofolio, pengiriman uang, dan pinjaman sektor swasta tidak tersedia. Namun, Data Organisation for Economic Co-operation and Development OECD menunjukkan bahwa arus modal swasta untuk negara-negara pelapor mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar US$414 miliar pada 2014, diikuti dengan tren penurunan menjadi US$229 miliar pada 2019, dan arus keluar negatif sebesar US$8 miliar pada 2020. Tren penurunan ini semakin termaterialisasi dengan fragmentasi hubungan ekonomi yang makin dalam akibat fenomena Brexit dan relasi problematis antara AS dan Cina, terutama pada era kepemimpinan Presiden AS Donald Trump. Bagaimana selanjutnya? Pertanyaannya sekarang adalah apakah data yang ada mengindikasikan kemunduran dari globalisasi, seperti yang terjadi pada gelombang pertama satu abad lalu; atau itu hanya proses deglobalisasi; atau slowbalisation untuk mengantisipasi pemulihan ekonomi dunia setelah terdampak pandemi COVID-19 dan Perang Ukraina? Kesamaan antara gelombang pertama globalisasi dengan peristiwa global yang berlangsung saat ini sangat besar, meski terjadi dalam tatanan dunia yang sangat berbeda. Dinamika yang saat ini membentuk dunia – seperti kemajuan teknologi, era digital, dan kecepatan penyebaran teknologi dan informasi – tentu akan mempengaruhi intensitas kemunduran pada ketergantungan yang ada pada globalisasi. Negara bangsa telah menyadari bahwa menyepakati kontrak dan perjanjian dengan perusahaan-perusahaan dari negara lain secara sembarangan bisa menyebabkan masalah. Oleh karena itu, mitra dagang dan investasi harus dipilih dengan cermat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tiga tahun ke belakang menunjukkan bahwa perekonomian dunia sangat terintegrasi. Meskipun banyak contoh pendekatan proteksionisme dan kebijakan yang fokus pada ranah domestik, dunia tidak mungkin seutuhnya mundur dari globalisasi. Fenomena yang paling mungkin terjadi adalah fragmentasi, yaitu rantai pasok menjadi lebih fokus pada tingkat kawasan. Peraih Nobel di bidang ekonomi, Joseph Stiglitz merujuk langkah ini sebagai “friend shoring” mengarahkan rantai pasok ke mitra sahabat, sebuah frasa yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Sekarang ini, cukup jelas bahwa proses globalisasi menunjukkan baik karakteristik deglobalisasi maupun slowbalisation. Selain itu, cukup jelas bahwa guncangan eksternal global yang terjadi menunjukkan perlunya pemikiran ulang, pengaturan ulang tujuan, dan reformasi proses globalisasi secara menyeluruh. Hal-hal ini kemungkinan akan mengarahkan dunia pada gelombang globalisasi kelima. Globalisasiadalah perubahan sosial, itu merupakan arti globalisasi dalam bentuk. Tes pemahaman proses 0% average accuracy. an hour ago. tyas_maharani0499_61838. 0. Save. Edit. Edit. Tes pemahaman proses,aspek dan dampak Globalisasi DRAFT. an hour ago. by tyas_maharani0499_61838. Played 0 times. 0. 12th grade . 0% average accuracy. 0

- Globalisasi dapat terjadi karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang. Kemajuan tersebut mendorong sikap saling ketergantungan antarnegara. Walau sering dikaitkan dengan masyarakat modern, namun beberapa ahli memperkirakan bahwa globalisasi telah terjadi di akhir abad ke-19 serta awal abad Patta Rapanna dan Yana Fajriah dalam buku Menembus Badai Ekonomi dalam Perspektif Kearifan lokal 2018, secara bahasa, globalisasi berasal dari kata global dan sasi. Global berarti mendunia, sedangkan sasi adalah proses. Jadi globalisasi dapat diartikan sebagai proses suatu hal yang mendunia. Globalisasi menghilangkan batasan yang ada, sehingga masyarakat di berbagai negara dapat terhubung satu sama lain. Bagaimana globalisasi dapat terjadi? Baca juga Mengapa Indonesia Menjadi Rebutan Dunia di Era Globalisasi?Proses globalisasi dapat terjadi Mengutip dari buku Pengantar Ringkas Sosiologi Pemahaman, Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya 2020, proses globalisasi diawali dengan hubungan perdagangan antarbangsa. Saat itu banyak negara yang menyadari bahwa ada kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan sumber daya yang dimilikinya. Agar dapat memenuhi kebutuhannya, negara-negara di dunia saling berhubungan untuk bekerja sama di bidang perdagangan. Proses globalisasi semakin berkembang. Ditandai dengan penyebaran agama serta ilmu pengetahuan lewat perdagangan antarnegara. Semenjak saat itu, banyak teknologi mulai diciptakan. Beberapa di antaranya merupakan cikal bakal dari teknologi yang sampai saat ini digunakan, seperti internet, telepon, transportasi serta komputer. Seiring berjalannya waktu, globalisasi semakin maju dari masa ke masa. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan berbagai negara di dunia dalam perdagangan yang sifatnya lebih bebas. Perdagangan tersebut semakin mengaburkan batas antarnegara, sehingga interaksi dan sifat saling ketergantungan masih berlanjut hingga saat ini. Baca juga Dampak Positif dan Negatif Globalisasi bagi Indonesia Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Keresahanini lah yang memunculkan kebangkitan bagi kaum wanita. Kebangkitan pergerakan wanita muncul kembali diawali oleh peranan Nyai Achmad Dahlan (1872-1946) di Yogyakarta yang dalam hal ini giat dalam gerakan sosial terkhusus dalam memperjuangkan hak-hak wanita Indonesia untuk mendapatkan kembali kesetaraannya didalam kehidupan sosial.
Melanjutkan Contoh Soal dengan Jawaban PKN Kelas XII Semester 2 Pilihan Ganda bagian ketiga soal nomor 31-45, tulisan soal PG keempat ini, berisikan materi yang sama dengan Essay bagian keempat, yaitu tentang "Prospek, Aspek, dan Dampak-dampak Globalisasi" Berikut ini, soal PG PKN dan jawabannya, dimulai dari soal nomor 46 sampai dengan 60. 46. Berikut ini yang bukan pelaku utama dan sekaligus merupakan motor penggerak globalisasi adalah.... a. negara b. perusahaan transnasional c. bank transnasional d. lembaga keuangan multilateral e. birokrasi perdagangan global Jawaban a 47. Globalisasi, ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum.... a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Jawaban d 48. Pada abad XXI memasuki era globalisasi ditandai dengan fenomena seperti di bawah ini, kecuali... a. menguatkan ruang pribadi b. merupakan era kompetisi c. mengabaikan aspek kelokalan d. deterirotialisasi dan transnasionalisme e. naiknya intensitas hubungan antarbangsa Jawaban a 49. Proses globalisasi didahului oleh lahirnya era kolonialisasi pada abad XV. Salah satu hal yang menandai era kolonialisme adalah.... a. adanya penekanan pada pertumbuhan ekonomi global b. adanya ekspansi secara fisik negara penjajah c. diterapkannya prinsip persamaan d. adanya kerja sama saling menguntungkan e. diterapkannya prinsip persamaan derajat antarwarga Jawaban b 50. Lembaga dunia yang berpendapat bahwa globalisasi adalah kebebasan, kemampuan individu, dan perusahaan untuk dapat memprakarsai transaksi ekonomi dengan orang-orang dari negara lain adalah... a. Mc. Grew b. Bank Dunia c. Wikipedia Encyclopedia d. IMF e. Antohny Giddens Jawaban d 51. Menurut Anthony Giddens, ada sejumlah pengaruh politik yang menjadi penggerak globalisasi adalah runtuhnya... a. fasisme di Jepang b. kapitalis Barat c. perekonomian dunia d. kekuasaan Amerika e. komunisme Soviet Jawaban e 52. Tiga organisasi perekonomian dunia yang sangat berkuasa dalam globalisasi ekonomi adalah.... a. Bank Dunia, GATT, dan IMF b. Bank Dunia, WTO, dan IMF c. Bank Dunia, IMF, dan GATT d. WTO, GATS, dan GATT e. WRO, IMF, dan WTO Jawaban b 53. Menurut kaum hiperglobalis, globalisasi didefinisikan sebagai.... a. dunia tanpa batas b. sejarah baku kehidupan manusia c. nation states d. regionalisasi perekonomian dunia e. transformationalis Jawaban b 54. Ide globalisasi di bidang tertentu, misalnya hak asasi manusia sudah ada sejak... a. awal abad ke-20 hingga pecahnya Perang Dunia II b. sejak Perang Dunia II hingga terbentuknya PBB c. awal abad ke-20 dan awal abad ke-21 d. Nabi Musa membebaskan umatnya dari perbudakan Mesir Kuno e. awal abad ke-21 ketika meningkatnya tindakan kekerasan Jawaban d 55. Globalisasi berkaitan erat dengan konsep interdependensi, integritas, dan saling ketergantungan antarberbagai bidang yang tercakup dalam negara, menurunya peran negara dan.... a. proses satu arah sebagaimana diklaim sebagian orang b. semakin menguatnya kekuatan-kekuatan pendukung globalisasi c. penyebaran pengaruh budaya d. media dan dan telekomunikasi e. berbagai kecenderungan yang sering kali beroperasi Jawaban b 56. Perubahan-perubahan yang menjadi tanda datangnya sebuah “abad global” adalah... a. perubahan peran negara bangsa b. berbagai kecenderungan yagn sering kali beroperasi c. proses satu arah sebagaimana diklaim sebagian orang d. pengaruh dan peran pemerintahan nasional semakin merosot e. penyebaran pengaruh-pengaruh budaya Jawaban a 57. Kebangkitan neoliberalisme atau yang sering dikenal sebagai kelompok Kanan Baru terjadi di... a. Jepang dan Cina b. Jerman dan Eropa c. Eropa dan Jepang d. Amerika Serikat dan Jepang e. Amerika Serikat dan Eropa Jawaban e 58. David Held membedakan tiga kelompok dalam melihat globalisasi, yakni kelompk hiperglobalis, kelompok skeptis, dan.... a. kelompok transfromatif b. nation states c. kaum skeptis d. transmission belt e. dunia tanpa batas negara Jawaban e 59. Dalam pandangan kaum hiperbolis, globalisasi ekonomi membawa serta gejala-gejala “de nasionalisasi” ekonomi melalui.... a. pemberian kredit jangka panjang kepada negara nasional b. pendirian jaringan-jaringan produksi transnasional c. pemberian bantuan-bantuan yang tidak mengikat d. bantuan mesin-mesin esensial yang dibutuhkan e. memberikan bantuan tenaga ahli pada negara Jawaban b 60. Konsep-konsep globalisasi yang menyangkut integrasi, interdependensi, dan interlink muncul karena.... a. perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi b. media dan komunikasi berkontribusi terhadap penyebaran pengaruh budaya c. kelompok etnis dan budaya bersinggungan dan berdampingan d. pemerintah sedang dipaksa untuk mengadopsi sikap yang lebih aktif dan terbuka e. revolusi di bidang teknologi komunikasi Jawaban b Lanjut ke soal nomor 61-75 => contoh soal PKN beserta jawaban kelas 12 semester 2 bagian ke-5 Thanks for reading Contoh Soal dengan Jawaban PKN Kelas XII Semester 2 Pilihan Ganda Part-4
Globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Jawaban: d 48. Pada abad XXI memasuki era globalisasi ditandai dengan fenomena seperti di bawah ini, kecuali a. menguatkan ruang pribadi b. merupakan era kompetisi

› Riset›Menuju Glokalisasi Seusai... Pandemi Covid-19 saat ini boleh jadi memberi peluang untuk menguatkan kembali potensi lokal. Alih-alih bergantung pada ekonomi global, glokalisasi perlu dikembangkan. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Pedagang memilah pisang asal Sumatera Utara berdasarkan ukuran di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, 11 Agustus 2020. Pandemi menyebabkan pergerakan barang antar-negara berkurang. Kini saatnya perhatian lebih besar diberikan kepada produk sembilan bulan berlalu, pandemi Covid-19 telah memorakporandakan tatanan dunia secara ekonomi, sosial, bahkan politik. Kedatangannya yang tiba-tiba membatasi pergerakan semua orang di dunia, termasuk berbagai komoditas penting yang selama ini bebas keluar masuk gilirannya, pandemi Covid-19 yang secara mendadak muncul telah mendegradasi globalisasi yang sebelumnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia dalam ibaratnya, satu ”isme”, yakni globalisasi. Sebagai catatan, Forum Ekonomi Dunia WEF menyatakan era globalisasi telah bermula sejak abad ke-19. WEF membagi gelombang globalisasi menjadi empat bagian, yakni globalisasi hingga globalisasi Ketika gelombang pertama globalisasi, belum seluruh negara terlibat. Baru pada globalisasi gelombang kedua dan ketiga, lebih banyak negara tahun 1995, dibentuk Organisasi Perdagangan Dunia WTO yang mendorong seluruh negara di dunia untuk masuk dalam perjanjian perdagangan bebas. Sejak saat itu, perdagangan antarnegara menjadi masif dan secara tidak langsung menimbulkan ketergantungan WIJAYANTO Truk kontainer antre menunggu giliran mengangkut peti kemas yang diturunkan dari sebuah kapal barang di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 27 Mei 2020. Globalisasi meningkatkan arus perdagangan ekspor pada PDB dunia kian meningkat hingga lebih dari 15 persen. Bukan hanya perdagangan, arus investasi pun mengalir dari satu negara ke negara pada definisinya, globalisasi merupakan perluasan dan pendalaman arus perdagangan, modal, teknologi, dan informasi internasional dalam pasar global yang cenderung terintegrasi Yuniarto, LIPI, 2014. Proses tersebut secara alamiah membawa seluruh bangsa dan negara di dunia semakin terikat antara satu dan yang lain, mewujudkan tatanan baru, serta menimbulkan saling era globalisasi Inggris mendominasi dunia melalui ekspansi kolonisasinya berupa wilayah Inggris Raya. Inggris bisa melakukannya karena inovasi teknologi mesin uap kapal laut yang membuat Inggris mampu mengekspor komoditas penting dunia, seperti besi, tekstil, dan manufaktur ke negara lain secara lebih cepat. Tercatat, ekspor Inggris saat itu mencakup 3 persen PDB memberi manfaat selain perdagangan bagi negara-negara yang mengadopsinya. Kemajuan teknologi yang sebagai salah satu tanda adanya globalisasi memberi banyak kemudahan bagi manusia. Komunikasi yang mudah tanpa batasan ruang dan waktu serta mobilitas manusia menjadi tanpa juga membawa perubahan pola pikir masyarakat yang semula irasional menjadi lebih rasional. Masyarakat mengedepankan akal sehat dan memercayai hal-hal yang nyata, alih-alih percaya pada mitos yang cenderung bersifat abstrak. Sikap rasional turut mendorong pola pikir yang lebih maju, menguatkan demokrasi, dan menjunjung hak-hak asasi dalam perjalanannya, arus globalisasi tidak seutuhnya memberikan dampak positif. Melimpahnya barang dan jasa yang ditawarkan membentuk pola hidup masyarakat yang konsumtif. Publikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI tahun 2014 menyebutkan, salah satu tantangan adanya globalisasi adalah kelangkaan pangan di masa depan sebagai dampak sifat tersebut tanpa disadari berdampak pada eksploitasi sumber daya alam yang berujung pada kerusakan lingkungan dan kelangkaan. Perlombaan setiap negara dalam menghasilkan komoditas yang diminati dunia menjadi salah satu sisi lain, kemudahan teknologi membuat masyarakat cenderung individualis karena merasa mampu melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain. Tak jarang hal tersebut berdampak pada lunturnya semangat gotong royong dan solidaritas. Globalisasi menjadi tak terhindarkan bagi setiap orang di seluruh dunia di tengah disrupsi Meski demikian, globalisasi yang telah diadopsi seluruh dunia pernah meredup atau mengalami deglobalisasi. Deglobalisasi pertama terjadi pada globalisasi WEF mencatat, pada masa itu, negara-negara besar, seperti India, China, Meksiko, dan Jepang, yang sebelumnya memiliki kekuatan besar tidak diizinkan beradaptasi dengan industrialisasi dan tren sisi lain, negara-negara Eropa yang berjaya pada masa itu berhasil merebut sejumlah negara di benua Afrika. Situasi tersebut menimbulkan konflik dan krisis yang berujung pada Perang Dunia I tahun 1914. Aktivitas perdagangan dan pasar uang dalam jaringan global runtuh serta negara-negara kembali menutup perbatasan. Perang Dunia II terjadi pada 1939 dan berakhir pada 1945 yang menandai lahirnya globalisasi gelombang LUAR NEGERI Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato secara virtual dalam sesi debat umum Sidang Majelis Umum PBB, Selasa 22/9/2020 malam waktu New York atau Rabu 23/9/2020 pagi waktu Indonesia Barat. RI menyerukan agar kerja sama multilateral semakin diperkuat di era juga Tatanan Dunia Pasca-Covid-19Kini, ketika dunia merayakan globalisasi gelombang keempat yang ditandai dengan digitalisasi, deglobalisasi disinyalir kembali terjadi. Deglobalisasi yang tengah terjadi bukan merupakan dampak dari adanya perebutan kekuasaan dan perdagangan, tetapi dampak dari bencana non alam yakni pandemi Covid-19. Bencana yang menyerang kesehatan kini menggerogoti sendi-sendi perekonomian catatan Universitas dan Rumah Sakit Johns Hopkins, hingga 24 September 2020, Covid-19 telah tersebar di 188 negara di dunia. Situasi tersebut menuntut setiap negara melakukan pembatasan hingga penutupan akibatnya, perdagangan antarnegara terpaksa dibatasi bahkan dihentikan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus korona penyebab penyakit glokalisasi Kondisi tersebut menuntut setiap negara untuk beradaptasi, salah satunya dengan mengoptimalkan potensi lokal. Peneliti Ikatan Ahli Perencanaan IAP Jawa Tengah, Agung Pangarso, merumuskan sejumlah perubahan yang berpotensi terjadi pascapandemi Covid-19. Satu dari lima perubahan tersebut adalah adanya definisinya, glokalisasi merupakan kombinasi dari kata globalisasi dan lokalisasi yang dideskripsikan untuk produk atau layanan yang dikembangkan dan didistribusikan secara lokal yang disesuaikan untuk mengakomodasi konsumen paparan yang berjudul ”Post Covid-19 Tinjauan Keruangan Kawasan Perkotaan”, salah satu langkah mewujudkan glokalisasi adalah dengan mendorong penguatan lokalitas wilayah. Hal ini sebagai respons dari rentannya sebuah negara terhadap pandemi ketika mengikuti arus INDRA RIATMOKO Petugas menakar dan mengaduk susu sapi perah yang akan dibeli konsumen di instalasi Persusuan Koperasi Unit Desa KUD Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 2019. Industri susu di kabupaten itu memanfaatkan susu hasil perahan para peternak juga Virus De-globalisasiDalam hal industri, sinergi perlu dibangun dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal, dari hulu hingga ke hilir. Adanya keterkaitan ekonomi lokal menjadi penting dilakukan. Salah satu contohnya adalah industri pengolahan susu di Jawa Tengah dengan bahan baku asal wilayah lain daerah yang memanfaatkan potensi lokal adalah Kota Pontianak. Tanaman lidah buaya produksi Pontianak dikonsumsi dan bermanfaat untuk kesehatan. Sulawesi Barat juga menjadi daerah yang memanfaatkan komoditas unggulan kakao untuk diproduksi menjadi tersebut dapat digunakan untuk mengoptimalkan industri mikro dan kecil IMK yang berbasis di daerah, seperti desa dan kelurahan, karena sumber daya alam lokal yang menjadi bahan bakunya. Badan Pusat Statistik mencatat, pada tahun 2018, terdapat IMK yang berlokasi di desa/kelurahan dan tersebar di 34 provinsi. Jumlah tersebut meningkat 5,8 persen dibandingkan dengan tahun tersebut memberi gambaran glokalisasi terjadi di tingkat mikro dengan memanfaatkan potensi lokal. Selain sebagai solusi kerentanan pangan akibat pandemi, juga dapat membangkitkan potensi ekonomi daerah sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional dan kemandirian pangan.Litbang Kompas

47 Globalisasi, ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Jawaban: d 48. Pada abad XXI memasuki era globalisasi ditandai dengan fenomena seperti di bawah ini, kecuali a. menguatkan ruang pribadi b. merupakan era kompetisi c. mengabaikan aspek
The commemoration of National Awakening Day in the midst of the Covid-19 Pandemic has a special meaning for Indonesian young people. Youth groups become seriously affected objects because of the global Pandem outbreak. They are affected in the economic, health, education and socio-cultural aspects. As the successors to the nation's patriotism, young people must be the pioneers in a joint effort in fighting the crisis because of the impact of Covid-19. Indonesia, as one of the affected countries, has great power, young people as energy pioneers in the struggle against the pandemic. The Ethics of National Awakening by youth, is the right momentum to assist the government in developing a measured and systematic strategy, making Indonesian youth and all elements of the Nation survive and immediately emerge from the impact of the global pandemic. Abstrak Peringatan hari Kebangkitan Nasional di tengah Pandemi Covid-19 mempunyai makna khusus pada diri pemuda Indonesia. Kelompok pemuda menjadi objek yang terdampak serius karena wabah Pandem global. Mereka terdampak pada aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan hingga sosial budaya. Sebagai penerus patriotisme bangsa, para pemuda harus menjadi pelopor dalam usaha bersama dalam upaya melawan krisis karena dampak Covid-19. Indonesia, sebagai salah satu negara terdampak, memiliki kekuatan besar kaum muda sebagai energi pelopor pergerakan dalam melawan pandemi. Etos Kebangkitan Nasional oleh pemuda, merupakan momentum yang tepat untuk membantu pemerintah dalam menyusun strategi yang terukur dan sistematis, sehingga pemu-da Indonesia serta seluruh elemen Bangsa dapat survive dan segera keluar dari dampak pandemi global. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free - 179 - Kebangkitan Nasional; Pemuda Melawan Pandemi Global Roma Doni Azmi Pengajar pada Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Batusangkar Rizqon Halal Syah Aji Pengajar pada Jurusan Ilmu Ekonomi UIN Jakarta ISSN 2338 4638 Volume 4 Nomor 1 2020 Abstract The commemoration of National Awakening Day in the midst of the Covid-19 Pandemic has a special meaning for Indonesian young people. Youth groups become seriously affected objects because of the global Pandem outbreak. They are affected in the economic, health, education and socio-cultural aspects. As the successors to the nation's patriotism, young people must be the pioneers in a joint effort in fighting the crisis because of the impact of Covid-19. Indonesia, as one of the affected countries, has great power, young people as energy pio-neers in the struggle against the pandemic. The Ethics of National Awakening by youth, is the right momentum to assist the government in developing a measured and systematic strategy, making Indonesian youth and all ele-ments of the Nation survive and immediately emerge from the impact of the global pandemic. Keywords National Revival, Global Pandemic, Youth, Economic Change, Indonesia Abstrak Peringatan hari Kebangkitan Nasional di tengah Pandemi Covid-19 mempunyai makna khusus pada diri pemuda Indonesia. Kelompok pemuda menjadi objek yang terdampak serius karena wabah Pandem global. Mereka terdampak pada aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan hingga sosial budaya. Sebagai penerus patriotisme bangsa, para pemuda harus menjadi pelopor dalam usaha bersama dalam upaya melawan krisis karena dampak Covid-19. Indonesia, sebagai salah satu negara terdampak, memiliki kekuatan besar kaum muda sebagai energi pelopor pergerakan dalam melawan pandemi. Etos Kebangkitan Nasional oleh pemuda, merupakan momentum yang tepat untuk membantu pemerintah dalam menyusun strategi yang terukur dan sistematis, sehingga pemu-da Indonesia serta seluruh elemen Bangsa dapat survive dan segera keluar dari dampak pandemi global. Kata Kunci Kebangkitan Nasional, Pandemi Global, Pemuda, Dampak Ekonomi, Indonesia - 180 - Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 Prolog Ada yang lebih heroik pada peringatan hari kebangkitan nasional kali ini. Di tengah keprihatinan bersama karena wabah pandemi Covid-19, kita dituntut untuk kembali menggelorakan semangat kebangkitan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia. Kita harus melawan lupa dan kemudian mengokohkan lagi semangat patriotisme dalam upaya melawan pandemi global yang menyerang hampir semua negara di dunia. 112 tahun yang lalu, tepatnya 20 Mei 1908, pemuda Indonesia yang didominasi mahasiswa STOVIA melakukan perkumpulan dan mendirikan sebuah pergerakan yang bernama Budi Utomo. Gerakan ini dipimpin oleh mahasiswa kedokteran yang berintelektual dan sekaligus pemikir di zamannya, seperti Dr. Sutomo, Dr. Gunawan, serta Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Namun demikian, meskipun dipelopori oleh para intelektual muda, namun gerakan ini sudah diawali oleh beberapa gerakan sporadis kaum buruh dengan tujuan dan cita-cita yang sama akan lahirnya sebuah bangsa besar yang bernama Indonesia. Dengan didasari semangat persatuan dan kebangkitan inilah pemuda Indonesia bangkit dari masa-masa kegelapan zaman. Tahun ini, pada momentum peringatan kebangkitan nasional, Indonesia justru dirundung duka dengan adanya penularan wabah global bernama Covid-19. Momentum kebangkitan nasional seharusnya bisa menjadi ghirah bangkitnya semangat pemuda Indonesia agar mereka tidak dalam “keterkungkungan” derita sehingga mereka masuk dalam kelompok yang rentan terhadap dampak pandemi Covid-19. Pemuda Indonesia hari ini harus kembali melahirkan semangat dalam mempelopori persatuan dan kesatuan Indonesia, terutama dalam “memerangi” pandemi global agar Indonesia mampu surviv e dan bangkit dari keterpurukan. Kondisi Pemuda Atas Pandemi Global Istilah pemuda jika merujuk pada World He alth Organizatio n - 181 - WHO dikenal sebagai “young people” yakni individu manusia yang berusia 10-24 sesuai dengan kriteria dari International Youth Year tahun 1985. Sebelum terjadi wabah Pandemi Covid-19, ternyata kaum muda dunia mayoritas dalam kondisi menganggur. Disebutkan oleh International Labour Organization ILO, 2020, pekerja muda cenderung tidak memiliki pekerjaan dibandingkan dengan penduduk kelompok umur lain. Bahkan ILO 2018, mencatat terdapat 77 persen anak muda bekerja di sektor informal secara global. Namun yang lebih menghawatirkan yaitu kelompok umur yang dipekerjakan pada sektor informal adalah perempuan muda di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kondisi ini banyak terjadi di negara-negara berkembang, meskipun untuk kasus di Indonesia, kelompok pekerja di sektor informal tidak hanya ramai dari kalangan perempuan, akan tetapi cukup berimbang dengan pekerja yang laki-laki. Ditilik dari kondisi Indonesia, dampak pandemi sangat besar bagi kelompok muda Indonesia. Kondisi ini tak terelakan lagi dan kelompok muda Indonesia menjadi golongan rentan secara ekonomi dan sosial akibat dampak domino yang dihasilkan. Pemerintah Indonesia pun telah memberikan w arning, tentang dampak global yang akan menghunjam perekonomian serta mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Pada sco p e ini, upaya pemerintah mengambil tindakan PSBB Pembatasan Sosial Berskala Besar, menjadi kerentanan sendiri bagi kondisi ekonomi dan sosial. Hal ini dikarenakan, karakteristik pengembangan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh faktor migrasi. Mayoritas kelompok migran adalah usia muda yang Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 - 182 - bertujuan untuk bekerja ataupun melanjutkan studi. Hal ini sesuai dengan pandangan Prijono Tjiptoherijanto 1999 yang menyatakan urbanization economies adalah faktor yang menjadi pendorong suatu kegiatan usaha yang berlokasi di kota-kota besar sebagai konsentrasi penduduk dan prasarana urban, baik dari sebagai potensi konsumen maupun sebagai sumber tenaga kerja. Selain faktor ekonomi, secara global dampak pandemi yang juga tidak kalah penting adalah dampak terhadap pendidikan. Seluruh siswa di dunia mengalami gangguan belajar, yang hingga sekarang sulit diprediksi kapan berakhirnya. Gangguan proses belajar ini mayoritas dialami oleh kaum muda dan tentunya akan berdampak negatif pada hasil pembelajaran, perkembangan mental dan kualitas lulusan. Untuk kondisi negara-negara berkembang seperti Indonesia, penutupan sekolah langsung berdampak pada siswa dengan ekonomi lemah, terutama di daerah terpencil yang terbatas akses internet. Kondisi ini makin diperburuk dengan ketidaksiapan SDM pengelola lembaga pendidikan. Inilah beberapa dampak domino pandemi global yang saat sekarang ini menjadi momok menakutkan tidak hanya bagi siswa, kaum muda, namun hampir semua masyarakat Indonesia. Pemuda Indonesia Melawan Penutupan Sekolah Selama Covid-19 Wabah pandemi global berhasil “menghentikan” dunia pendidikan secara global. Menurut data UNESCO 2020, ada 191 negara melakukan tindakan menutup sekolah. Akibat tindakan itu ada sekitar 91 persen siswa terdaftar atau miliar pelajar tidak dapat sekolah. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menenggarai bahwa sektor pendidikan yang paling terdampak karena pandemi global akibat tempo penyebaran yang cepat dengan skala yang luas. PBB berupaya maksimal dalam menangani dampak pandemi ini khususnya untuk anak-anak, remaja serta kaum muda yang kurang beruntung secara ekonomi sehingga dampak yang mereka rasakan Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 - 183 - lebih parah. Indonesia terus berbenah dalam mengatasi problematika pendidikan karena dampak pandemi ini. Kebijakan pendidikan dengan menerapkan pembelajaran dalam jaringan daring, memaksa tenaga pengajar sekaligus para pelajar menjalankan proses pembelajaran melalui kontak tak langsung. Kebijakan yang cukup bagus dan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, meskipun pemerintah Indonesia lupa, di beberapa daerah tertentu mereka tidak terjangkau jaringan internet. Sebagai pemuda yang hidup di zaman millineal, tentu akan lebih positif ketika mempunyai ghirah yang sama dengan para pelopor kebangkitan nasional. Penyaluran semangat itu tentu berbeda dengan para pemuda pada masa pra kemerdekaan. Pandangan mengenai pendidikan yang dijiwai e o rt pemuda dalam “menelanjangi” teknologi, tentu diharapkan melahirkan gaya baru dalam me-resolusi berbagai persoalan bangsa. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan mengambil etos pelopor kebangkitan nasional, bukan hanya sebatas mengikuti perkembangan teknologi daring maupun kecerdasan buatan di zaman revolusi industry Hal yang terpenting adalah menanamkan eort dengan pembelajaran otodidak baik itu menggunakan jaringan internet ataupun tidak . Konsep otodidak merupakan solusi terbaik saat ini, dan konsep ini mewarisi semangat gerakan kepemudaan di masa lampau. Pemuda Indonesia mesti melatih diri agar tidak tergantung pada pembelajaran jarak jauh, melainkan belajar “membunuh” rasa malas dengan meningkatkan Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 - 184 - Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 kreatitas dan berkir kritis. Pemuda Indonesia dan Upaya Keluar dari Kerentanan Kesejahteraan Sosial Sebelum dilanda wabah pandemi Covid-19, pada hakikatnya Indonesia termasuk negara yang rentan akan kemiskinan. Menurut laporan BPS pada Maret 2019, tercatat 9,41 persen angka kemiskinan di Indonesia. Salah satu faktornya disebabkan oleh persoalan upah. Hal ini sesuai dengan catatan Bappenas RI tahun 2019, bahwa pekerja pada sektor informal adalalah 57,27%, lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja pada sektor formal sebesar 42,73%. Kondisi ini diperparah dengan dampak pandemi Covid-19 yang meluluhlantahkan hamper semua sektor ekonomi. Prediksi pemerintah, jumlah pengangguran akibat dampak Covid-19 bisa mencapai juta orang. Jika diperhatikan, di luar kondisi wabah Covid-19, Indonesia kesulitan dalam mengatasi problem kemiskinan, apalagi setelah “dihantam” wabah, sehingga jelas pertumbuhan ekonomi akan mengalami kontraksi yang kuat. Jelas, peningkatan kemiskinan karena pengangguran akibat Covid-19 diperkirakan akan lebih dahsyat dibandingkan kenaikan tingkat pengangguran setelah krisis keuangan global 2009. Tak pelak, jika melihat pengalaman tahun 2009, tanpa adanya intervensi kebijakan yang ditargetkan, maka jelas kemungkinannya bahwa kaum muda akan lagi terkena dampak kemiskinan akibat resesi global. Hal ini akan meningkatkan proporsi jumlah orang muda menganggur dibandingkan dengan orang dewasa dikarenakan penyerapan pekerjaan yang lebih lambat terhadap kaum muda selama pemulihan akibat wabah Covid-19. Terlepas dari itu, terdapat suatu peluang serta kesempatan yang bagus bagi kaum muda dalam menyikapi hal ini. Terlahir sebagai kaum millennial, generasi muda sekarang ini hidup dalam perkembangan ekonomi, sosial serta budaya berbasis big data dan - 185 - Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 dalam jaringan. Kaum muda Indonesia tentu tidak mau ketinggalan dalam menggunakan teknologi, terlebih di era revolusi digital ini Revolution. Hal ini juga sesungguhnya sudah diingatkan oleh David Romer 1990, menurut teori pertumbuhan baru penduduk diharapkan mengusai perangkat teknologi, agar membantu bertinteraksi dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Tinggal bagaimana menanamkan kesadaran atas ketahanan ekonomi keluarga pada kaum muda. Upaya ini memerlukan usaha yang kuat dan berkelanjutan agar kaum muda dapat membangun kesadaran berketrampilan dan inovatif mengingat ancaman terhadap mata pencaharian saat sekaarang ini. Kesadaran kolektif pemuda Indonesia perlu ditumbuhkan dengan cepat untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan pada lingkup kelompok umur produktif. Semangat ini mesti diilhami dari semangat kebangkitan nasional. Dimana kala itu sebagian besar pemuda Indonesia dalam keadaan kurang beruntung secara ekonomi, namun mereka memiliki etos ingin memperbaiki nasib, mempunyai identitas kewarganegaraan serta hidup merdeka dalam suatu negara yang bernama Indonesia. Oleh karena itu dengan semangat yang sama, dalam upaya melawan dampak Covid-19, pemuda Indonesia harus menghadapi ancaman terhadap hilangnya mata pencaharian mereka. Langkah cepat dan terukur harus diambil oleh pemuda Indonesia dalam mengurangi dampak keuangan terhadap rumah tangga yang bersifat komprehensif serta untuk menjembatani kesenjangan yang diakibatkan oleh hilangnya pendapatan. Upaya kreativitas yang inovatif harus dilakukan oleh Menurut David Romer 1990, teori pertum-buhan baru penduduk di-harapkan mengusai perangkat teknologi, agar membantu ber-tinteraksi dalam menciptakan pertum-buhan ekonomi. - 186 - Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 pemuda Indonesia sebagai salah satu solusi untuk pemulihan ekonomi mereka, setidaknya dalam rangka menghadapi pandemi hari ini. Epilog Pandemi Covid-19 berdampak cukup parah pada sektor ekonomi dan sosial pemuda yang ada di seluruh dunia. Pemuda tergolong pada kelompok yang sangat rentan akibat gangguan pandemi ini. Selain kehilangan pekerjaan, peluang ekonomi, kesehatan dan pendidikan merupakan beberapa faktor yang jelas terdampak pada fase penting kehidupan mereka. Apalagi dengan fakta orang muda yang lebih cenderung menganggur atau dalam konteks di Indonesia cenderung menjadi pekerja outsourching, membuat mereka rentan terhadap pengaturan kerja bahkan hingga PHK Pemutusan Hubungan Kerja. Kondisi inilah yang membuat mayoritas pekerja muda tidak memiliki perlindungan sosial yang layak atau tidak memadai. Pada saat yang bersamaan, orang-orang muda sebenarnya mampu merespons atas kondisi krisis yang mereka hadapi. Melalui berbagai macam gerakan, diantaranya tuntutan terhadap perlindungan kesehatan masyarakat, perbaikan birokrasi pelayanan publik, kesukarelaan, dan berbagai macam kreativitas inovasi. Semangat inilah yang secara harak ah movement semestinya mengambil inspirasi dari gerakan kebangkitan Nasional. Kaum muda Indonesia tentu diharapkan mengambil suatu kunci harak ah yang berbeda dengan pemuda lain di dunia. Keunggulan pemuda Indonesia dengan jumlah yang cukup besar, melebihi rata-rata jumlah pemuda yang ada di negara lain di dunia. Pemuda Indonesia diharapkan mampu membuktikan eort dan etos di tengah pandemi ini, dengan tetap sebagai kontributor utama dari bonus demogra Indonesia. Diharapkan pemulihan inklusif dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan SDG’s selama periode aksi dalam melawan pandemi Covid-19 ini terus terjaga. Pemuda Indonesia diharapkan untuk terus berpacu dalam - 187 - Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 merespons pemulihan ekonomi dan kesejahteraan dalam melindungi hak-hak asasi manusia bagi keberlangsungan kemajuan semua anak muda Indonesia. Sekarang saat paling tepat bagi pemuda Indonesia untuk melakukan perjuangan dalam melindungi negara tercinta dan sebagai relawan yang kuat dalam memutus mata rantai pandemi Covid-19. **. Referensi Aji, RHS & M. Azis. Nilai Ramadhan dan Pendidikan Kaum Tertindas Mustadh’an Tinjauan Atas Ekonomi Islam. Buletin Adalah Vol 4 No 2 2020. hlm 1-8 Aji, RHS. Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia Sekiolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. Jurnal Salam Vol 7 Kaum Muda Indonesia yang kelak akan meneruskan bangsa ini, Bersemangatlah! Bergeraklah sesuai ajaran pelopor kebangkitan Nasion-al. Pandemi COVID-19 harus dilawan!! Perjalanan masih panjang. Jadikan ini sebagai jembatan menuju kesuksesan bersama. - 188 - Adalah; Buletin Hukum dan Keadilan merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional POSKO-LEGNAS, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penasehat Prof. Dr. H. Abdul Ghani Abdullah, SH., Prof. Dr. H. A Salman Maggalatung, SH., MH. Tim Redaktur Indra Rahmatullah, Mara Sutan Rambe, Muhammad Ishar Helmi, Erwin Hikmatiar, Fathuddin, Nurrohimyunus. Penyunting Latipah Nasution, Siti Nurhalimah, Siti Romlah. Setting & Layout Imas Novita Juaningsih, Rezky Panji Perdana Martua Hasibuan, Azizah Ratu Buana. Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, Vol. 4, No. 1 2020 No 5 2020 Buana, Dana Riksa, "Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona Covid-19 dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa," Salam Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Volume 7, No. 3 2020. ILO. Global Employment Trend for Youth. 2020 ILO. Women and Men in The Informal Economy A Statistical Picture. 2018 N, Titik & Aji, RHS. Emansipasi Melawan Pandemi Global. Buletin Adalah Vol 4 No 1 2020. hlm 81-92 Tjiptoherijanto, Prijono. Urbanisasi dan Pengembangan Kota di Indonesia. Jurnal Populasi Vol 10 No 2 1999 Ubaidillah, M & Aji, RHS. Aglomerasi dalam Permenhub Tentang Larangan Mudik dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Buletin Adalah Vol 4 No 4 2020. hlm 151-158 Yunus, Rezki, Annissa. "Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19," Salam Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Volume 7, No. 3 2020. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this is a worrying year for all countries, including Indonesia. This is due to the emergence of the Corona virus outbreak, which originated in Wuhan City of China, and spread throughout the world. Initially the government did not follow the method used by several other countries related to information provided about the corona covid-19 virus, namely by conducting a quick reaction of prevention socialization. The reason is so that the Indonesian people are not worried about issues that are worrying, other than to minimize the existence of Hoax news from a handful of irresponsible people. Finally the covid-19 outbreak also became a concern for the community, because many Indonesians were affected by the transmission of this virus. Therefore, the government took the initiative to take a lockdown policy for 14 days to anticipate the transmission of this corona outbreak. The study uses qualitative research methods with a literary and empirical approach. The data obtained comes from several regulations, such as the Governor of DKI Jakarta and several other regulations and policies, as well as phenomena that occur in the field. The results of the study stated that Indonesia had experienced a condition where the community's concern about Covid-19 was quite large, so that a government policy to lockdown was needed, as an effort to break the chain of the spread of the Corona Covid-19 Corona Virus, Lock Down, Government Policy AbstrakTahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan seluruh negara, tanpa terkecuali negara Indonesia. Hal itu disebabkan munculkan wabah virus Corona, yang bermula dari Kota Wuhan China, dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Awalnya pemerintah tidak mengikuti cara yang digunakan oleh beberapa negara lainnya terkait informasi yang diberikan mengenai virus corona covid-19, yaitu dengan melakukan reaksi cepat sosialisasi pencegahan. Penyebabnya, agar masyarakat Indonesia tidak khawatir dengan isu yang mengkhawatirkan, selain untuk meminimalisir adanya berita Hoax dari segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya wabah covid-19 ini juga menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi masyarakat, karena banyak warga Indonesia yang terkena dampak penularan virus ini. Oleh karenanya, pemerintah berinisiatif untuk mengambil kebijakan lockdown selama 14 hari guna mengantisipasi penularan wabah corona ini. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan literatur dan empiris. Data yang didapat berasal dari beberapa Peraturan, seperti Peraturan Gubernur DKI Jakarta dan beberapa peraturan dan kebijakan lainnya, serta fenomena yang terjadi di lapangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa Indonesia sudah mengalami kondisi dimana kekhawatiran masyarakat terhadap covid-19 cukup besar, sehingga diperlukan kebijakan pemerintah untuk melakukan Lockdown, sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona Covid-19Kata kunci Virus Corona, Lock Down, Kebijakan Pemerintah Dana Riksa BuanaBeginning in 2020, humanity throughout the world was shaken by the Corona Virus pandemic Covid-19 which caused panic everywhere. Thousands of people were infected and thousands more died. For in Indonesia, the government has given appeals to the community in overcoming this epidemic to be effective and efficient. But in reality, there are still many Indonesian people who do not heed this appeal. Therefore, this study aims to analyze why some people bring up these behaviors, and how to overcome them. The research method used by this research is the study of literature with a descriptive analysis approach. The results show that the behavior displayed by people who do not comply with government appeals is based on cognitive biases. In addition to analyzing the behavior of Indonesian people and how to handle it, this article also presents tips for maintaining mental well-being in a positive psychological Pandemic; Covid-19; Cognitive Bias; Mental Welfare AbstrakAwal tahun 2020 ini umat manusia di seluruh dunia digoncang dengan pandemi Virus Corona Covid-19 yang membuat kepanikan dimana-mana. Ratusan ribu manusia terinfeksi dan ribuan lainnya meninggal dunia. Untuk di Indonesia sendiri pemerintah telah memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah ini agar berjalan efektif dan efisien. Tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengindahkan himbauan ini. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mengapa sebagian masyarakat memunculkan perilaku tersebut, dan bagaimana cara mengatasinya. Metode penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif analisis. Hasil menunjukan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh orang yang tidak mematuhi himbauan pemerintah didasari oleh bias kognitif. Selain menganalisa perilaku masyarakat Indonesia dan cara menanganinya, maka artikel ini juga memaparkan kiat-kiat menjaga kesejahteraan jiwa dalam pendekatan psikologi Kunci Pandemi; Covid-19; Bias Kognitif; Kesejahteraan JiwaPrijono TjiptoherijanteUrbanization is not simply the phenomenon of a population problem, but is also a political, social, cultural, and economic phenomena. Study of urbanization patterns is important due to abundance reports which point out that rapid expansion of the population growth rate, living in big cities has increased enormously. The problems associated with exaggerated growth may create a primary city, that in its excessive process will have negative and disadvantage impacts for the development and the well-being of such a omnipresent growth of slums, the underprivileged areas in the center and the outskirts of a city has provided a robust evidence that the proper plans at the heart of this, is paramount importance to the city development with regard to its inhabitants. Effective solutions to urbanization problems and to establish a relevant city development are to utilize effeciency in people empowerment as well as the equitable distribution of the public welfare, not just cosmetic and artificiality of the city development Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia Sekiolah, Keterampilan, dan Proses PembelajaranRhs AjiAji, RHS. Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia Sekiolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. Jurnal Salam Vol 7Global Employment Trend for YouthIloILO. Global Employment Trend for Youth. 2020N AjiN, Titik & Aji, RHS. Emansipasi Melawan Pandemi Global. Buletin 'Adalah Vol 4 No 1 2020. hlm 81-92Aglomerasi dalam Permenhub Tentang Larangan Mudik dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan EkonomiM UbaidillahRhs AjiUbaidillah, M & Aji, RHS. Aglomerasi dalam Permenhub Tentang Larangan Mudik dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Buletin 'Adalah Vol 4 No 4 2020. hlm 151-158 Pengaruhglobalisasi ini berdampak pada negara-negara bahwa, negara tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam ekonomi-politik internasional. Perannya telah digantikan oleh aktor-aktor baru yang bernaung di bawah bendera lembaga-lembaga internasional, perusahaan-perusahaan multinasional, maupun negara-negara yang menganut paham sistem keterbukaan. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Rasa nasionalisme sangat penting bagi para generasi muda untuk menciptakan bangsa yang aman, dan damai, ditengah-tengah arus globalisasi yang semakin hari semakin bertentangan dengan budaya asli Indonesia. Nasionalisme menjadi syarat mutlak bagi setiap insan dalam bernegara. Rasa nasionalisme umumnya timbul karna adanya rasa senasib. Indonesia sendiri dengan sejarah penjajahan yang cukup kelam, membuat rasa nasionalisme itu tumbuh dengan sendirinya dalam muda yang saat ini, hidup di era yang baru, era globalisasi, dimana kehidupan nya jauh berbeda dengan generasi muda di masa lalu. Era globalisasi, era tanpa adanya penjajahan, serta terfasilitasi teknologi yang canggih, membuat kita terkadang melupakan perjuangan para generasi lampau, semestinya kita hargai perjuangan mereka dengan tetap melestarikan rasa dan jiwa nasionalisme yang tinggi, serta sadar akan budaya dan identitas Globalisasi Era globalisasi dimulai sejak awal tahun 1980-an , era yang telah banyak merubah berbagai aspek kehidupan manusia, baik dari segi politik, sosial, ekonomi, agama, dan tekonologi. Teknologi Informasi berkembang pesat, dimana pengguna internet di Indonesia saat ini berjumlah 132,7 juta atau 52% dari jumlah penduduk Indonesia. Adanya teknologi yang dapat menyajikan informasi hanya dalam hitungan detik, tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja, hal ini seringkali mengundang tindakan negatif dan menyimpang. Menyaring info dan berita yang beredar di internet, merupakan hal wajib yang harus dilakukan mengingat keadaan ini sering kali dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dalam penyebaran hoax yang dapat memicu perpecahan bangsa. Gambaran Generasi Muda Saat IniPengaruh globalisasi yang begitu kuat, khususnya terhadap anak muda, membuat banyak generasi muda kita ini kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan gejala –gejala yang muncul dikehidupan sehari- hari nya. Dilihat dari sikap dan tingkah lakunya banyak anak muda yang tidak mengenal sopan santun dan cenderung bersifat apatis tidak peduli dengan lingkungan sekitar, hal ini disebabkan ketika mereka sudah terjebak oleh dunia nya yang menganut pada nilai kebebasan dan keterbukaan, membuat banyak anak muda yang suka betindak sesuka hati mereka dan menganggap bahwa melanggar aturan merupakan tindakan yang lazim. Salah satu contoh yang dapat kita lihat tentang tindakan menyimpang ini, seperti adanya geng motor atau begal motor yang dilakukan anak muda, di Padang, Sumatera Barat. Tindakan ini disertai dengan tindak kekerasan yang jelas mengganggu ketentraman lingkungan dan kenyamanan masyarakat Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menjadi kunci utama untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme pada para generasi muda di era globalisasi ini. Tujuan utama dari pendidikan karakter ini adalah untuk melatih kemampuan diri mereka untuk mengerti dan memahami jati diri mereka masing-masing. Karna ketika jati diri sudah dimiliki, maka rasa nasionalisme akan dengan sendirinya tumbuh dalam diri mereka, sehingga dampak era globalisasi ini tak lagi mampu mempengaruhi pola pikir para generasi muda yang lebih berorientasi kepada pembentukan karakter sudah semestinya mendapatkan perhatian lebih dari instansi pemerintan yang berfokus kepada pendidikan di Indonesia. Kita setuju bahwa bangsa ini membutuhkan generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, dan hal ini hanya bisa dicapai dengan kualitas pendidikan karakter yang baik. Dari usaha pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter ini, diharapkan tidak akan ada lagi generasi yang apatis untuk peduli terhadap lingkungan, dan memiliki rasa cinta pada tanah air Indonesia dasarnya memang tidak ada yang salah dengan era ini, hanya saja sering kali generasi muda tergiur dengan berbagai kegemerlapan era globalisasi. Generasi muda Indonesia seperti sedang berada di zona nyaman namun nyatanya bisa kapan saja menikam. Hal ini dikarenakan ada begitu banyak kenyamanan yang ditawarkan di era ini. Maka apabila kita sebagai generasi muda tidak kritis, bisa saja pengaruh negatif dunia luar mempengaruhi pola piker kita, sehingga berdampak pada hilangnya rasa cinta dan jiwa nasionalisme. Hal inilah yang harus dihindari oleh para generasi muda di era globalisasi. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya Berikutini yang bukan pelaku utama dan sekaligus merupakan motor penggerak globalisasi adalah answer choices . negara. perusahaan transnasional. ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum. answer choices . neoimprealisme. neokapitalisme. Menurut kaum hiperglobalis, globalisasi didefinisikan sebagai. answer choices
› Semua pembicaraan tentang deglobalisasi tidak boleh membutakan kita terhadap kemungkinan bahwa krisis saat ini sebenarnya dapat menghasilkan globalisasi yang lebih baik. HERYUNANTODengan berakhirnya hiperglobalisasi pasca-1990-an, skenario ekonomi dunia berjalan secara keseluruhan. Dalam kasus terbaik, mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hak prerogatif negara-bangsa dan persyaratan ekonomi terbuka mungkin memungkinkan kemakmuran inklusif di dalam negeri dan perdamaian dan keamanan di luar hiperglobalisasi setelah tahun 1990-an secara umum diakui telah berakhir. Pandemi Covid-19 dan perang Rusia melawan Ukraina telah menurunkan pasar global ke peran pendukung sekunder, dan paling banter di balik tujuan nasional, yaitu khususnya kesehatan masyarakat dan keamanan nasional. Namun, semua pembicaraan tentang deglobalisasi tidak boleh membutakan kita terhadap kemungkinan bahwa krisis saat ini sebenarnya dapat menghasilkan globalisasi yang lebih baik. Sebenarnya, hiperglobalisasi telah mundur sejak krisis keuangan global 2007-2008. Pangsa perdagangan dalam PDB dunia mulai menurun setelah 2007 karena rasio ekspor terhadap PDB China anjlok luar biasa hingga 16 persen. Rantai nilai global berhenti menyebar. Aliran modal internasional tidak pernah pulih ke puncaknya sebelum tahun 2007. Dan politisi populis yang secara terbuka memusuhi globalisasi menjadi jauh lebih berpengaruh di negara-negara juga Konflik Rusia-Ukraina dan DeglobalisasiHiperglobalisasi runtuh di bawah banyak kontradiksinya. Pertama, ada ketegangan antara keuntungan dari spesialisasi dan keuntungan dari diversifikasi produktif. Prinsip keunggulan komparatif menyatakan bahwa negara-negara harus berspesialisasi dalam apa yang saat ini mereka hasilkan dengan baik. Tetapi, garis panjang pemikiran pembangunan menyarankan bahwa pemerintah seharusnya mendorong ekonomi nasional untuk menghasilkan apa yang dilakukan negara-negara kaya. Hasilnya adalah konflik antara kebijakan intervensionis dari ekonomi paling sukses, terutama China, dan prinsip-prinsip ”liberal” yang diabadikan dalam sistem perdagangan hiperglobalisasi memperburuk masalah distribusi di banyak negara. Sisi lain yang tak terhindarkan dari keuntungan perdagangan adalah redistribusi pendapatan dari yang kalah kepada yang menang. Dan ketika globalisasi semakin dalam, redistribusi dari pecundang ke pemenang tumbuh semakin besar dibandingkan dengan keuntungan bersih. Ekonom dan teknokrat yang mengotori logika sentral disiplin mereka akhirnya merusak kepercayaan publik keunggulan komparatif menyatakan bahwa negara-negara harus berspesialisasi dalam apa yang saat ini mereka hasilkan dengan hiperglobalisasi menggerogoti akuntabilitas pejabat publik terhadap pemilihnya. Seruan untuk menulis ulang aturan globalisasi ditanggapi dengan jawaban bahwa globalisasi tidak dapat diubah dan tak tertahankan—”ekonomi yang setara dengan kekuatan alam, seperti angin atau air”, seperti yang dikatakan oleh Presiden AS Bill Clinton waktu itu. Kepada mereka yang mempertanyakan sistem yang berlaku, Perdana Menteri Inggris Tony Blair menjawab bahwa, ”Anda sebaiknya berdebat apakah musim gugur harus mengikuti musim panas.”Keempat, logika zero-sum keamanan nasional dan persaingan geopolitik bertentangan dengan logika positive-sum kerja sama ekonomi internasional. Dengan kebangkitan China sebagai saingan geopolitik Amerika Serikat, dan invasi Rusia ke Ukraina, persaingan strategis telah menegaskan kembali dirinya di bidang LEE/POOL/FILE PHOTOStaf Kementerian Transportasi China menyiapkan bendera China dan AS untuk pertemuan antara Menteri Transportasi China Li Xiaopeng dan Menteri Transportasi AS Elaine Chao di Kementerian Transportasi China di Beijing, China, 27 April 2018. Relasi perdagangan antara China dan AS saat ini diwarnai ketegangan akibat kebijakan peningkatan bea impor oleh AS atas sejumlah produk ekonomiDengan runtuhnya hiperglobalisasi, skenario ekonomi dunia berjalan secara keseluruhan. Hasil terburuk, mengingat tahun 1930-an, adalah penarikan oleh negara atau kelompok negara ke dalam autarki. Kemungkinan yang tidak terlalu buruk, tetapi masih buruk, adalah bahwa supremasi geopolitik berarti bahwa perang dagang dan sanksi ekonomi menjadi fitur permanen dari perdagangan dan keuangan internasional. Skenario pertama tampaknya tidak mungkin di mana ekonomi dunia lebih saling bergantung dari sebelumnya dan biaya ekonomi akan sangat besar, tetapi kita tentu tidak dapat mengesampingkan yang dimungkinkan juga untuk membayangkan skenario yang baik di mana kita mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hak prerogatif negara-bangsa dan persyaratan ekonomi terbuka. Penyeimbangan kembali semacam itu mungkin memungkinkan kemakmuran inklusif di dalam negeri dan perdamaian dan keamanan di luar juga Menghadapi Gejolak Ekonomi DuniaLangkah pertama adalah bagi pembuat kebijakan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada ekonomi dan masyarakat oleh hiperglobalisasi, bersama dengan kebijakan lain yang mengutamakan pasar. Ini akan membutuhkan kebangkitan semangat era Bretton Woods, ketika ekonomi global melayani tujuan ekonomi dan sosial domestik, yaitu lapangan kerja penuh, kemakmuran, dan kesetaraan daripada bawah hiperglobalisasi, pembuat kebijakan membalikkan logika ini, dengan ekonomi global menjadi tujuan dan masyarakat domestik sebagai prasarananya. Integrasi internasional kemudian menyebabkan disintegrasi orang mungkin khawatir bahwa penekanan pada tujuan ekonomi dan sosial domestik akan merusak keterbukaan ekonomi. Pada kenyataannya, kemakmuran bersama membuat masyarakat lebih aman dan lebih mungkin untuk menyetujui keterbukaan terhadap dunia. Pelajaran utama dari teori ekonomi adalah bahwa perdagangan menguntungkan suatu negara secara keseluruhan, tetapi hanya selama masalah distributif demi kepentingan pribadi negara-negara yang dikelola dengan baik dan tertata dengan baik untuk bersikap terbuka. Ini juga merupakan pelajaran dari pengalaman nyata di bawah sistem Bretton Woods, ketika perdagangan dan investasi jangka panjang meningkat secara penting kedua untuk skenario yang baik adalah bahwa negara-negara tidak mengubah upaya yang sah untuk keamanan nasional menjadi agresi terhadap negara lain. Rusia mungkin memiliki kekhawatiran yang masuk akal tentang perluasan NATO, tetapi perangnya di Ukraina adalah respons yang sepenuhnya tidak proporsional yang kemungkinan akan membuat Rusia kurang aman dan kurang makmur dalam jangka kekuatan besar, dan AS khususnya, ini berarti mengakui multipolaritas dan mengabaikan pencarian supremasi global. AS cenderung menganggap dominasi Amerika dalam urusan global sebagai keadaan alami. Dalam pandangan ini, kemajuan ekonomi dan teknologi China secara inheren dan terbukti dengan sendirinya merupakan ancaman, dan hubungan bilateral direduksi menjadi permainan juga Globalisasi dan Kecenderungan Pasca-TrumpMengesampingkan pertanyaan apakah AS benar-benar dapat mencegah kebangkitan relatif China, pola pikir ini berbahaya dan tidak produktif. Untuk satu hal, ini memperburuk dilema keamanan, yaitu kebijakan Amerika yang dirancang untuk melemahkan perusahaan China, seperti Huawei, kemungkinan akan membuat China merasa terancam dan merespons dengan cara yang memvalidasi ketakutan AS terhadap ekspansionisme zero-sum juga mempersulit untuk menuai keuntungan bersama dari kerja sama di bidang-bidang seperti perubahan iklim dan kesehatan masyarakat global, sambil mengakui bahwa akan ada persaingan di banyak domain lain. Singkatnya, dunia masa depan kita tidak perlu menjadi dunia di mana geopolitik mengalahkan segalanya dan negara atau blok regional meminimalkan interaksi ekonomi mereka satu sama lain. Jika skenario dystopian itu terwujud, itu bukan karena kekuatan sistemik di luar kendali kita. Seperti halnya hiperglobalisasi, itu karena kita membuat pilihan yang Rivai,Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UPN Veteran JakartaARSIP PRIBADIAswin Rivai, Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UPN Veteran Jakarta
.
  • 10ida1l948.pages.dev/336
  • 10ida1l948.pages.dev/72
  • 10ida1l948.pages.dev/221
  • 10ida1l948.pages.dev/374
  • 10ida1l948.pages.dev/136
  • 10ida1l948.pages.dev/60
  • 10ida1l948.pages.dev/100
  • 10ida1l948.pages.dev/34
  • 10ida1l948.pages.dev/256
  • globalisasi ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum